Presslist yay

Go Presslist Go !!!

Madyapadma!!!!

1...2....3.. MP Trisma!!

Triadi...

Hmmm... Menarik

Buku buku buku buku

4 buku yang mengawali ceritaku

Rabu, 27 Juli 2016

Profil Gede Surya Wibawa XI IPS

Gede Surya Wibawa: Pantang menyerah, Tetap bersemangat dan selalu belajar.

“Yang terpenting berdoa, ini bener aku gak bohong” begitulah ujar siswa yang menjadi sekretaris di XI IPS ini. Meski dulunya pada saat SMP tak pernah meraih prestasi apapun, pada saat SMA laki-laki yang akrab di sapa Surya ini berhasil meraih prestasi yang diinginkannya.

Gelar juara atau yang biasa disebut ranking sangat di idam-idamkan bagi seluruh peserta didik. Seluruhnya berlomba-lomba untuk meraih prestasi akademik mereka di dalam kelas. Begitu pula Remaja kelahiran Denpasar, 2 Agustus 2000 ini salah satunya. Namanya Gede Surya Wibawa, teman-temannya biasa memanggilnya Surya. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama, Surya memilih untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 3 Denpasar. Laki-laki yang memiliki hobi futsal ini melanjutkan pendidikannya dengan memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Saat disinggung mengapa, dengan tatapan serius ia berkata “Cita-citaku dari awal menjadi pegawai bank, aku memilih IPS ini karena langsung bisa dijuruskan dan fokus untuk apa yang aku pengen” ucap laki-laki penggemar tokoh sepak bola messi ini.

Laki-laki berwajah lonjong dengan senyumnya yang manis ini telah berhasil mempertahankan prestasi yang diraih di kelasnya selama 2 kali berturut-turut. Ia mendapatkan gelar ranking 2 yang secara tidak langsung menjadi juara 2 umum kategori IPS kelas XI. “Seneng sih dapet juara.. tapi disamping itu kita harus merhatiin gimana caranya mempertahankannya, soalnya persaingannya ketat, banyak teman-teman lain yang lebih hebat” ujar laki-laki yang menyukai makanan nasi goreng ini.

Meskipun begitu, persaingan yang ketat serta teman-teman yang hebat tidak menggetarkan Surya untuk maju. Siswa berumur 15 tahun ini mengatakan memiliki beberapa tips bagi siswa yang ingin menjadi seperti seorang Surya. “Yang pasti aktif dikelas, jangan suka begadang, istirahat yang cukup juga, selalu belajar yang giat dan gak ketinggalan jangan lupa berdoa” ungkap siswa yang menyukai film The Avenger ini. Apapun yang terjadi menurut Surya harus selalu pandang kedepan dan pantang menyerah. Siapapun lawannya, siapapun saingannya tetap bersemangat dan selalu belajar menjadi motivasi Surya untuk mempertahankan prestasinya. (tri)

Selasa, 19 Juli 2016

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (Tajuk)

PERMEN baru yang rasanya manis dan pahit.
MPLS (Sumber: Google)


Buruknya sistem pendidikan di negeri merah putih ini mengharuskan pemerintah membuat inovasi baru untuk memperbaikinya. Bertubi-tubi pihak sekolah di tusuk dengan keluhan orang tua murid untuk memicu mengganti sistem yang ada. “Perploncoan” begitulah di masa lalu, Masa Orientasi Siswa (MOS) yang hanya menjadi bahan keluhan di masa lampau kini diganti oleh sebuah PERMEN yang rasanya manis dan pahit. Sebagian merasakan permen ini rasanya manis, namun beberapa menganggap pahit juga. Berdasarkan Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi Siswa/Peserta Didik baru SD/SMP/SMA/SMK, kini sifat busuk oknum perploncoan dibatasi dengan tembok aturan. Sebuah tembok kokoh yang banyak orang menaruh harapannya disana. Pertanyaannya adalah, Apakah siap dan yakin harapan kata perploncoan dihapus dari kamus pendidikan?
Memang benar, bila sesuatu yang baru diharapkan lebih maju. Namun apabila hanya sekadar ekspetasi omong kosong saja, apa gunanya?. Banyak tujuan MPLS ini di wacanakan seperti “Mengembangkan interaksi positif antar siswa dan warga sekolah lainnya”. Sepertinya, itu merupakan sekadar wacana yang terlalu banyak diharap-harapkan. Mungkin dari sudut pandang pihak pendidik memang jelas sangat berbeda dan lebih baik dari pada MOS sebelumnya. Karena MPLS ini yang mengatur dan dilaksanakan oleh pihak pendidik sendiri. Namun apakah sudah mencoba menempatkan diri pada pihak murid?. Dalam ilmu sosial dikenal dengan sebutan Kecemburuan Sosial. Dimana Kecemburuan Sosial merupakan suatu kondisi dimana munculnya kelas-kelas sosial karena adanya perbedaan-perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat yang salah satunya dari segi sosial. Sebagai pihak murid tentu merasakan adanya kecemburuan dengan sistem yang diterbitkan sekolah saat ini. Mereka yang terdahulu merasakan tikaman perploncoan yang mengatas namakan kebaikan sekolahnya, merasa tersakiti dan ingin memperkenalkan rasa tikaman tersebut.
Tembok yang semulanya berdiri kokoh, kini para pihak tersakiti tersebut mencoba perlahan-lahan mendorong menjatuhkannya. Tentu saja pihak sekolah tidak mengetahuinya dan aksinya tidak ingin diketahui pihak sekolah. Peran sosial media sangat besar dalam hal ini. Mereka yang tersakiti hanya mengubah kata perploncoan menjadi mengancam. Masih mengatas namakan demi kebaikan sekolah, mereka berusaha agar apa yang mereka dapatkan saat MOS ingin dirasakan juga di MPLS. Sistem secanggih apapun itu bila yang sudah namanya balas dendam pasti tersimpan dalam otak kecil mereka. Miris rasanya, akal sehat yang pendek dan kurangnya berpikir dampak kedepan membuat mereka berpikir seperti itu. Dampak yang ditimbulkan dari mengintimidasi tidaklah kecil. Seseorang yang di-intimidasi akan merasakan depresi yang luar biasa, tahukah apa yang terjadi selanjutnya? Mereka akan mencoba hal yang sama dan ingin memperkenalkannya secara terus menerus. Ibaratkan lingkaran setan yang tidak ada ujungnya hanya melingkar-lingkar.
Memang hal yang ironis untuk dilihat, namun inilah kenyataan pahitnya. Memang benar bila sistem yang diganti membawa harapan yang dinanti. MPLS sebenarnya merupakan hal yang sangat positif dan baik untuk dilaksanakan. Dampak-dampak seperti sentuhan langsung sudah mulai hilang saat ini dan hanya perlu diteruskan. Namun jangan hanya berpacu dengan sistem jika hal seperti perploncoan ingin hilang. Sistem hanyalah sebagian kecil untuk mewujudkan wacana-wacana yang disebutkan. Pendekatanlah yang diperlukan. Baik itu pendidik maupun orang tua didik. Boleh saja jika usia yang bertambah tua namun hal seperti sosial media sangat berperan besar dalam hal ini. Tidak sedikit aksi-aksi mengancam yang diberikan melalui sosial media, para pendidik dan orang tua didik harus mulai saat ini belajar menggunakannya. Sehingga tidak hanya dapat memantau pada saat di sekolah saja, lihatlah pahitnya di sosial media.
 Apapun yang terjadi lagipula MPLS ini barang baru, kini cara mengubah pikiran agar intimidasi tidak berlanjutlah yang perlu ditingkatkan. Sehingga dengan adanya MPLS ini dapat menghapus bibit bibit oknum tersakiti.

Sabtu, 16 Juli 2016

Essay Foto




Penjaga Bajra Sandhi




Disaat hampir semua pekerjaan libur di hari minggu, namun ibu ini malah bekerja. “Penjaga” mungkin itu sebutan yang tepat untuk menggambarkan seorang ibu diatas. Penjaga bukanlah hanya sebatas mengawasi kejahatan saja. Namun Penjaga juga dapat Melindungi dan Menjaga Kebersihan. Penjaga di gambar merupakan tukang kebersihan di kawasan lapangan Renon, Denpasar Bali. Dengan pekerjaannya ia menjaga dan melindungi daerah lapangan renon dengan membersihkan daun maupun sampah yang tersebar.



Helai demi helai daun ia bersihkan. Hanya dengan beberapa alat ini saja, sudah menjadikannya salah satu pekerjaan yang mulia.

Bayangkan saja bila orang-orang seperti ini tidak ada. Mungkin Bali yang terkenal akan primadona wisatanya hanya akan menjadi gundukan sampah daun yang berserakan.

Bali memang sangatlah indah. Namun jangan hanya bisa menikmati saja. Jika ingin mata memandang hijau semua, mari bersama jaga kebersihan Bali ini. Satu helai daun yang kita pungut sudah sangat berarti.